REVIEW ANIME: Grand Blue
Grand Blue (ぐらんぶる Guranburu), juga dikenal sebagai Grand Blue Dreaming, adalah sebuah seri
manga Jepang yang ditulis oleh Kenji Inoue dan diilustrasikan oleh Kimitake
Yoshioka. Manga ini telah dimuat di majalah manga seinen milik Kodansha, good!
Afternoon, sejak bulan April 2014 dan telah dibundel menjadi dua belas volume
tankōbon. Versi adaptasi anime yang diproduksi oleh Zero-G mulai tayang sejak
tanggal 14 Juli hingga 29 September 2018, di blok pemrograman Animeism di MBS.
Iori Kitahara pindah ke kota pesisir Izu untuk
tahun pertamanya di universitas, bertempat tinggal di atas Grand Blue, toko
selam scuba pamannya. Iori memiliki harapan dan impian yang tinggi untuk
mendapatkan pengalaman kuliah yang ideal, tetapi ketika dia memasuki toko dia
tersedot ke dalam aktivitas alkohol dari anggota Klub Selam yang sering
mengunjungi tempat itu. Dibujuk oleh kakak kelas Shinji Tokita dan Ryuujirou
Kotobuki, Iori dengan enggan bergabung dengan pesta aneh mereka. Sepupunya
Chisa Kotegawa kemudian masuk dan menangkapnya saat beraksi, membuat Iori
sangat meremehkan.
Berdasarkan manga komedi populer Kenji Inoue
dan Kimitake Yoshioka, Grand Blue mengikuti kesialan Iori dengan teman-teman
barunya yang eksentrik saat ia berusaha untuk mewujudkan impian perguruan
tinggi idealnya, sambil juga belajar cara menyelam.
Masa muda terbaik bagi orang-orang itu
biasanya antara dua era: era SMU dan era kuliah. Kebanyakan anime yang saya
tonton mengangkat kisah era SMU sehingga ketika menonton Grand Blue saya jadi
penasaran apa yang membuat cerita ini berbeda dari serial-serial anime
kebanyakan yang saya tonton. Well, settingnya memang ada di masa kuliah tetapi
apa jeda satu dua tahun dari masa SMU membuat anime ini bisa tampil beda
begitu?
Anime Grand Blue diangkat dari manga yang ditulis
oleh Kenji Inoue dan diilustrasikan oleh Kimitake Yoshioka. Sejak penerbitannya
di tahun 2014 lalu sudah ada 14 volume manga yang diterbitkan. Kisah ini sangat
sukses sehingga tidak hanya animenya saja yang dirilis di tahun 2018 lalu
tetapi adaptasi live-actionnya pun sudah siap tayang tahun ini (sebelum
terpaksa diundur karena pandemik COVID-19).
Kisah Grand Blue ini dimulai ketika Iori
Kitahara mulai menjalani kehidupan kuliahnya di Universitas Izu. Karena
Universitas ini tidak sama dengan hometown dari Iori, ia pun menginap di rumah
pamannya dan tinggal bersama dua sepupunya: Chisa dan Nanaka. Tempat tinggal
sang Paman ini juga adalah tempat diving (menyelam) yang bernama Grand Blue.
Pada awalnya Iori tidak suka dengan air (ia bahkan tidak bisa berenang),
sehingga ia tidak tertarik ikut aktivitas menyelam. Eh, tak disangka oleh Iori,
dua seniornya di Universitas Izu malahan sukses ‘memaksa’nya untuk ikut dalam
klub selam Universitas: Peek-a-Boo Diving Club.
Iori yang tak mau menjadi korban sendiri
berhasil menyeret seorang mahasiswa baru: Kohei Imamura untuk masuk ke dalam
klub Peek-a-Boo bersamanya. Siapa yang menyangka bahwa ternyata klub Peek-a-Boo
ini akan mengubah hidup mereka… tidak hanya dengan aktivitas Diving saja tetapi
juga dengan aktivitas minum-minum yang kerap mereka lakukan?
Ya kalian tidak salah baca. Saya terkejut
bahwa Grand Blue ternyata banyak memiliki elemen dewasa di dalam anime ini. Dan
saya tidak bermaksud mengatakan ia dewasa karena mengandung banyak ecchi di
dalamnya. Anime ini dewasa karena ia menggambarkan masa kuliah dengan lebih
realistis ketimbang anime-anime kebanyakan. Kerap kali Iori dan Kohei
minum-minum bersama dengan kedua seniornya: Shinji dan Ryujiro sampai mereka
pass out karena terlalu mabuk. Saya terkejut melihat fakta seperti ini tidak
disensor di sini. Mungkin anime ini juga dianggap cukup kontroversial sehingga
setiap kali sebelum sebuah episode dimulai ada peringatan yang mengingatkan
penonton bahwa aktivitas minum-minum yang dilakukan oleh karakter di dalam film
ini dilakukan oleh mereka yang cukup umur. Dan inilah yang membuat saya sadar;
anime ini berbeda dengan slice of life kehidupan SMU biasanya.
Apa yang membuat saya terkesan dengan anime
ini selain dengan kelugasannya adalah betapa lucunya anime ini. Dari episode
satu saya sudah dibuat tertawa terpingkal-pingkal dengan ulah dari Shinji dan
Ryujiro yang super polos. Rivalitas sekaligus persahabatan dari Iori dan Kohei
kemudian menjadi fokus di episode-episode berikutnya. Dan kendati Grand Blue adalah
anime tentang klub Diving, aktivitas Diving tidak banyak terjadi di sini –
kecuali menjelang tiga hingga empat episode terakhirnya. Jadi apa dong yang
dilakukan oleh para protagonis anime ini? Jawabannya ya itu tadi: berpesta,
minum-minum, hangout dengan teman, dan menikmati masa kuliah yang takkan
terulang lagi! Dan seperti yang kalian tahu masa-masa seperti itu melahirkan
banyak momen-momen memorable. Menonton Grand Blue kerap mengingatkanku pada
masa-masa kuliahku sendiri, nostalgia nih ceritanya.
Bagi saya anime yang bagus tidak hanya harus
memiliki jalan cerita yang bagus tetapi juga harus memiliki karakter yang
memorable. Dan Grand Blue memilikinya. Seperti yang saya katakan tadi Iori dan
Kohei adalah tandem karakter yang kelakuannya selalu bikin tertawa.
Masing-masing karakter di dalam anime ini memang stereotipe dari banyak stok
anime lain, saya tidak tahu apakah mereka akan mengalami pertumbuhan karakter
atau tidak di season-season berikutnya, tetapi toh itu tidak penting. Kenapa?
Karena walaupun mereka hanya stereotipe, mereka digambarkan dengan sangat baik
dan tidak pernah hanya datar dua dimensi saja. Walau setiap karakter
stereotipe, mereka memiliki kedalaman karakter yang terkadang bisa mengagetkan
ketika cerita berfokus kepada mereka. Karakter favorit saya jelas adalah Aina
Yoshiwara, yang pada awalnya tampak paling gila tetapi kemudian justru akan
jadi karakter paling ‘normal’ di anime ini.
Versi animasi yang dibuat oleh Studio anime
Zero-G memiliki kualitas yang solid, tetapi tidak luar biasa. Ini terlihat
dalam penurunan ketajaman dan detail animasi di episode-episode tertentu.
Tadinya saya menyangka bahwa studio ini mungkin menyimpan sumber daya mereka
untuk klimaksnya. Sayangnya ketika masuk di episode-episode penghujung season
pun kualitas animasinya tetap begitu-begitu saja. Memang tidak lagi naik turun
kualitasnya tetapi juga tidak mencengangkan, saya agak kecewa karena dunia
bawah laut harusnya sangat indah kalau memang dieksplorasi dengan benar.
Tapi itu terbayarkan dengan kualitas lagu
dalam serial ini. Baik lagu Opening dan Endingnya semuanya memorable. Lagu
opening yang berjudul Grand Blue dinyanyikan oleh Shonan no Kaze langsung
menghentak dan membuat badan ini ingin bergoyang mendengarkan iramanya.
Gara-gara mendengarkan lagu Openingnya ini saya jadi tertarik menonton anime
Grand Blue sampai habis. Di sisi lain lagu Konpeki no al Fine yang menutup
anime ini adalah lagu yang pas menggambarkan keabsurdan dari anime ini.
Secara keseluruhan kalau kalian ingin tontonan
anime yang lucu, seru, tetapi juga kaya dengan hati, you won’t go wrong with
this anime. Grand Blue adalah salah satu anime pelepas stress terbaik, sungguh
tak sabar menantikan season keduanya dirilis.
Comments
Post a Comment